Tags

, , , , ,

Kekayaan paling berharga adalah kesehatan

Kalimat itulah yang selalu terngiang di telinga saya. Semua orang, termasuk keluarga kami ingin selalu sehat. Menerapkan pola hidup yang seimbang dengan mengkonsumsi makanan bergizi, olahraga teratur dan istirahat cukup menjadi jurus andalan keluarga agar tetap sehat. Namun, kemungkinan sakit akan selalu ada. Oleh karena itu penting bagi kami menyiapkan biaya-biaya yang akan dikeluarkan saat sakit. Penunjang dari kebutuhan ini adalah asuransi kesehatan.

health insurance

Sayangnya, saya hanya seorang ibu rumah tangga, dan suami saya seorang freelancer. Otomatis, kami tidak memiliki jaminan kesehatan ‘gratis’ dari kantor untuk keluarga. Padahal kami sadar, biaya pengobatan sama sekali tidak murah. Dan sekali lagi, siapapun bisa terkena risiko sakit, tanpa memandang usia, jenis kelamin, pekerjaan, agama.

Faktor Risiko
Karena tidak memiliki manfaat kesehatan dari kantor seperti pekerja kebanyakan, maka kami memutuskan membeli asuransi kesehatan keluarga. Sebagai mantan karyawan, saya pernah merasakan enaknya manfaat kesehatan dari perusahaan yang menjamin rawat jalan, rawat inap, kacamata, gigi, maternity beserta obat-obatannya. Kini, karena sudah tidak menyandang status karyawan, kami memutuskan membeli asuransi kesehatan yang ‘hanya’ berupa rawat inap. Mengapa hanya rawat inap, sebab kami sadar, risiko penyakit dan/atau kecelakaan paling tidak terduga dan menelan biaya paling mahal. Apalagi di ibukota. Kami memilih keluar uang untuk membeli asuransi kesehatan daripada cashflow terganggu saat hal tak diinginkan terjadi. Kalau kata pepatah, daripada nanti sudah jatuh tertimpa tangga, mendingan sedia payung sebelum hujan, kan…

Premi
Selain mempertimbangkan masalah risiko, kami juga memikirkan soal pembayaran premi. Dengan hanya mengambil paket rawat inap, tentu pembayaran preminya lebih murah bila dibandingkan penambahan benefit rawat jalan dan rawat gigi. Biarpun risiko sakit ringan dan gigi tetap ada, tapi kami rasa masih bisa dicegah dengan gaya hidup sehat dan tetap hati-hati. Lagipula khusus untuk gigi, saat ini banyak dental clinic yang memberi medical check up gratis dan paket diskon perawatan gigi.

Cashless
Kami memilih jenis asuransi kesehatan cashless daripada reimburst atau santunan. Asuransi kesehatan cashless artinya benefit yang dikeluarkan tidak dalam bentuk uang, tapi perusahaan asuransi langsung membayarkan biaya kesehatan kita kepada rumah sakit. Sistem cashless ini umumnya mengunakan sistem kartu. Jadi kita akan diberi kartu yang nantinya akan digunakan jika harus dirawat di rumah sakit rujukan perusahaan asuransi tersebut. Menurut saya lebih praktis. Apalagi dalam kondisi darurat, kadang kita suka kurang konsentrasi saat mengurus administrasi. Jadi keberadaan kartu sakti asuransi kesehatan ini sangat membantu.

Asuransi Kesehatan Murni
Kami memilih asuransi kesehatan murni, artinya tidak ada embel-embel investasi. Alasannya, asuransi kesehatan murni ini lebih murah dari segi biaya dengan pencapaian tujuan lebih optimal dan terfokus. Jadi, saya pun gampang mengatur cashflow karena tujuannya jelas. Biaya sekian untuk asuransi kesehatan. Titik.

Contoh asuransi kesehatan murni,  dari produk SUN life medicash. Mama yang berumur 30 tahun dan ingin memiliki proteksi  kesehatan untuk kamar Rp 1juta per hari, maka perkiraan premi tahunannya adalah Rp 3,96 juta per tahun. Cukup masuk akal kan?

Simpulannya, tidak ada alasan untuk tidak memiliki asuransi kesehatan. Karena, kita tidak pernah tahu, akan menghadapi risiko apa di masa datang. Jangan sampai, rencana hidup kita terganggu hanya karena tidak ada persiapan menghadapi kemungkinan buruk yang akan terjadi.

Jaga kesehatan. Rencanakan keuangan. Minimalkan risikonya.

Orang yang memiliki kesehatan adalah orang yang memiliki harapan. Orang yang memiliki harapan adalah orang yang memiliki segalanya.

cheers,

Indahmomamore